EBOOK Baru :
Recent EBOOKS

Dialog Dengan Jin Muslim

Jin Muslim, berasal dari Bombai, India. Sebelumnya dia adalah Jin kafir. Kemudian Allah memuliakannya dengan Islam dan memberinya petunjuk kepada keimanan. Dia selalu menekankan perbedaan besar antara Mukmin dan Muslim. Setiap Mukmin, pasti Muslim. Tetapi tidak setiap Muslim pasti Mukmin.

Jin Muslim ini berusia 180 tahun. Masuk Islamnya Jin ini merupakan suatu kemenangan. Sebab, bersama-sama dia telah masuk Islam pula sepuluh ribu Jin, yang merupakan pengawal-pengawal dan pendampingnya. Jin kita ini adalah Pemimpin Besar, punya pengaruh dan berwibawa. Kita memohon kepada Allah SWT, semoga Jin-Jin yang lain juga mendapat petunjuk melalui dia, dan semoga pula Allah meneguhkan keimanan dan keislamannya.

{[['']]}

MAHABARATA

“Sebuah cerita menjadi besar bukan karena ia dibaca, ditonton, atau didengar jutaan orang. Sebuah cerita menjadi besar karena ia diceritakan berulang-ulang, dari generasi ke generasi, dari satu bangsa ke bangsa lain, dari satu bahasa ke bahasa lain. Sebuah cerita menjadi besar karena setiap generasi, bangsa dan bahasa diperkenankan membuatkan cerita-cerita baru dari padanya.”

“Sebuah cerita menjadi besar bukan karena jagoannya adalah pahlawan, dan penjahatnya adalah pecundang. Sebuah cerita menjadi besar karena jagoan dan penjahatnya adalah manusia yang alih-alihbisa kita temui di sekitar kita, melainkan dalam diri kita. Sebuah cerita menjadi besar karena ia bercerita tentang ketidak sempurnaan manusia.”

Mungkin Mahabharata, atau kisah keluarga besar Bharata, adalah cerita yang paling banyak diceritakan ulang, dibaca, ditonton juga didengar di seluruh dunia ini, setidaknya di negara kita. Bukan hanya dalam buku, melainkan dalam bentuk pertunjukan wayang, kesenian rakyat, sampai film tv dan layar lebar. Dengan umurnya yang telah ratusan tahun, melintasi banyak generasi, bangsa dan bahasa, Mahabharata menjelma menjadi karya besar karena banyak cerita dan pujian yang ditambahkan oleh berbagai pengarang dan penutur.

Mahabharata juga menjelma jadi sumber kata-kata mutiara dan pelajaran spiritual, terutama pada bagian Bhagavadgita (sayang bagian ini tidak terdapat pada Mahabharata versi Nyoman S. Pendit. Penulis menerbitkannya dalam buku yang terpisah). Mahabharata pun oleh sebagian kepercayaan Hindu dianggap sebagai kitab Weda yang kelima. Selain bagian ajaran-ajaran Krishna pada Arjuna, ada banyak petuah lain yang jadi hikmah pejalan spiritual. Misal: nasehat-nasehat Bhisma pada Pandawa, kisah perjalanan Bhima mencari air suci yang dikenal dengan kisah Dewaruci, atau pengujian Batara Yama pada Yudhistira.

Mahabharata juga menjadi sumber inspirasi bagi banyak kesenian lain, seperti nyanyian, lukisan, puisi, tarian bahkan drama-drama. Setiap tokohnya telah digambarkan sedemikian detail, penuh simbol dalam berbagai bentuk. Banyak bagian kisahnya dinyatakan dalam lukisan-lukisan dramatik. Di Indonesia sendiri Mahabharata mempunyai banyak detil dan versi yang ditambahkan yang membuat cerita ini cukup mengakar pada kehidupan sehari-hari. 

Ini adalah kisah legendaris yang sangat-sangat bagus sekali tentang perseteruan pandawa dan kurawa yang diakhiri dengan perang bharatayudha, dimana sebenarnya mereka masih bersaudara, intrik, tipu muslihat, kesetiaan, keberanian, pengorbanan semuanya dijadikan satu, diracik dengan sangat bagus.banyak pelajaran yang bisa di petik dari kisah ini. 

Dengan semangat mengembalikan kisah ini ke bentuk yang mendekati aslinya, Nyoman S. Pendit menulis ulang Mahabharata dalam buku setebal 380-an halaman. Mahabharata yang diceritakan dalam buku ini sarat dengan nuansa India, tanah kelahirannya. Beberapa bagian mungkin akan membuat pembaca tradisional mengernyitkan dahi. Seperti misal, Draupadi yang menjadi istri bagi kelima Pandawa.

Yang membuat Mahabharata versi Nyoman S. Pendit ini cukup enak dinikmati adalah kisah-kisahnya dituturkan secara berurutan dalam 55 cerita yang terpisah. Ada beberapa bagian cerita yang menarik, misal: kisah Dushmanta dan Syakuntala, kisah raja Yayati. Tokoh-tokoh penting juga diceritakan dalam bab-bab terpisah. Seperti: Karna, Drona, Widura. Bagian-bagian dramatis juga diceritakan dalam bab terpisah. Seperti: penghinaan untuk Draupadi dalam permainan dadu, gugurnya Bhisma, gugurnya Drona.

Namun ada beberapa cerita yang tidak masuk dalam buku Nyoman S. Pendit ini. Seperti: perkawinan Arjuna dengan Subadra, lahirnya Gatotkaca, atau kisah Parikesit menjadi raja. Mahabharata versi Nyoman S. Pendit ini berakhir pada kematian para di perjalanan Pandawa menuju puncak Mahameru.

Buku ini tentu kurang tebal untuk menceritakan seluruh kisah-kisah Mahabharata. Namun, tampaknya tidak akan ada buku setebal apa pun yang cukup untuk menuliskan detil Mahabharata. Hari ini ditulis lengkap, maka esok akan muncul cerita baru dari penutur, dalang atau penulis lain. Maka Mahabharata pun semakin besar.

Bagi pembaca generasi modern, buku ini layak dibaca sebagai pengenalan yang baik bagi kisah Mahabharata. Setelah itu bisa dilanjutkan membaca Ramayana atau Bhagavadgita. Tidak ada salahnya juga untuk melengkapi bacaan dengan komik-komik Mahabharata yang ditulis oleh sang kenamaan, RA. Kosasih.

{[['']]}

Diplomasi Munafik Ala Yahudi

Konflik Arab-Israel sarat dengan konsekuensi-konsekuensi yang mendatangkan malapetaka bagi Amerika Serikat, dan kebanyakan dari kesulitan itu adalah karena ulahnya sendiri. Akibat buruknya jauh melampaui beban finansial dan ekonomi yang tercipta karena pemerintah Amerika Serikat terus menyumbangkan bermilyar-milyar dollar setiap tahun kepada Israel dan menghamburkan hasil pajak serta perdagangan untuk kepentingan negara itu. Konsekuensi terburuknya terletak pada kolusi Amerika Serikat dalam pelanggaran atas hak-hak asasi manusia yang mengerikan dan telah berlangsung lama, yang dilakukan Israel dalam skala luas.

Amerika Serikat mempertahankan peranan kunci dalam kontrol dan pemerasan Israel atas wilayah-wilayah yang dikuasai Tepi Barat, Jerusalem Timur, jalur Gaza, Lebanon Selatan, dan Dataran Tinggi Golan --yang kesemuanya adalah tanah milik bangsa Arab. Pemerintah Amerika Serikat terus memberikan dukungan finansial, diplomatik, dan militer sementara Isreal terus melanggar hukum-hukum internasional, menjalankan pemerintahan militer yang keras dan sering kali brutal atas hampir dua juta bangsa Arab, dan menutupi semua ini di balik perisai penipuan yang cermat.

Di samping bangsa Arab yang menderita, kerugian utama dari kolusi ini adalah nama baik Amerika di Timur Tengah. Rasa hormat kepada Amerika Serikat --yang pernah tertanam dalam-dalam dan tersebar luas di kalangan bangsa Arab maupun Israel-- tercampak sia-sia akibat ambisi para politisi Amerika Serikat yang memalukan dan tak habis-habisnya demi memenangkan simpati kelompok-kelompok pro Israel.

Kolusi itu tampak jelas dalam standar ganda yang diterapkan pemerintah Amerika Serikat dalam pelaksanaan resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB yang berkaitan dengan masalah Timur Tengah.

Ketika Irak menyerang dan mencaplok Kuwait pada 1990, Amerika Serikat mengorganisasi dan memimpin suatu serangan militer multinasional besar-besaran untuk membalas penaklukan itu di bawah sanksi PBB. Sebaliknya, pemerintah Amerika Serikat tidak berbuat apa-apa kecuali mengemukakan sepatah dua patah kata kecaman ketika Israel melakukan pelanggaran-pelanggaran besar terhadap hukum internasional.

Misalnya, Dewan Keamanan PBB telah memerintahkan Israel untuk menarik diri dari tanah bangsa Arab yang direbutnya bertahun-tahun lalu lewat tindak kekerasan bersenjata, mengutuk pencaplokan Israel atas Jerusalem Timur dan Dataran Tinggi Golan dan pembangunan perumahan bangsa Israel di wilayah-wilayah pendudukan, dan, yang paling mutakhir, pada 18 Desember 1992, menuntut agar Israel membatalkan pengusiran atas 413 orang Palestina (Resolusi Dewan Keamanan PBB no. 799).

Bukannya memimpin masyarakat internasional dalam aksi kekuatan politik, ekonomi, atau militer-untuk mengamankan tuntutan dewan agar Israel membatalkan pengusiran itu, Amerika Serikat justru bertindak sebaliknya. Ia meneruskan tanpa henti aliran bantuan finansial dan militer tanpa batas kepada negara penyerang tersebut. Pada waktu yang hampir bersamaan, tepat sebelum pelantikan Presiden Bill Clinton pada Januari 1993, pemerintahan Bush, sebagai tanggapan atas tindak pelanggaran yang jauh lebih kecil, memulai suatu kampanye militer melawan Irak karena pelanggarannya atas zona larangan terbang pasca perang. Raja Fahd dari Saudi Arabia menyesalkan standar ganda ini: resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB, tegasnya, "harus dihormati dan dilaksanakan, entah itu menyangkut situasi di wilayah Teluk atau dalam kasus Palestina..."(1)

Nama baik Amerika Serikat terancam bahkan di Israel sendiri, di mana semakin banyak warganya yang beranggapan bahwa penerapan standar ganda Amerika Serikat merupakan penghalang bagi perdamaian. Mereka percaya bahwa dengan tidak adanya aliran bantuan finansial dan militer tanpa syarat dari Amerika Serikat, pemerintah mereka sejak jauh-jauh hari pasti telah menarik pasukannya dari wilayah-wilayah pendudukan dan menjalin hubungan yang normal dan damai dengan negara-negara Arab.

Kesulitan Amerika Serikat akan semakin menjadi beban dan ancaman ketika konflik Arab-Israel semakin meningkat, dengan tidak adanya perdamaian. Pusat konflik itu adalah pertemuan antara pengaruh-pengaruh agama, ekonomi, politik, dan militer yang sangat kompetitif, yang kesemuanya menyangkut kepentingan-kepentingan vital Amerika Serikat. Kepentingan-kepentingan itu mengangkangi dua pihak dan tidak dapat dicapai hanya dengan berpihak pada bangsa-bangsa Arab atau Israel saja.

Hanya Amerika Serikat yang mempunyai sumber-sumber yang diperlukan untuk menjaga kerja sama dari semua partai utama dalam konflik itu. Namun untuk bertindak secara efektif Amerika Serikat pertama-tama harus mengatasi dua penghalang besar, yang keduanya bersumber dari dalam negeri. Pertama, pengaruh besar yang dilancarkan oleh kepentingan-kepentingan pro Israel dalam perumusan kebijaksanaan Amerika Serikat di Timur Tengah. Kedua, topeng buatan yang secara polos dianggap oleh hampir semua orang Amerika sebagai Israel yang sejati. Para pendukung Israel memanfaatkan citra yang menyesatkan itu dengan sangat tangkas dalam program mereka untuk mempertahankan kolusi Amerika Serikat-Israel.

Jalan menuju suatu perdamaian yang adil di wilayah itu tidak mungkin dapat tampil dalam fokus yang jelas sebelum citra rekaan mengenai Israel dibongkar dan dijernihkan. Penilaian-penilaian yang tepat mengenai kebijaksanaan Amerika Serikat di masa mendatang harus didasarkan atas realitas, bukan omong kosong. 
Mereka harus mempertimbangkan informasi yang paling lengkap dan akurat yang ada, termasuk profil yang tak memihak tentang Israel, dan melangkah dari penerimaan murni atas tanggung jawab yang dipikul Amerika Serikat bagi tindakan-tindakan Israel di masa lalu dan di masa sekarang.

Buku ini, saya yakin, dapat memenuhi kebutuhan kritis itu. Dengan membacanya, Anda akan ikut merasakan suatu pengalaman yang menggelisahkan: suatu pencarian panjang akan laporan yang meliputi perilaku ekspansionis dan struktur sosial Israel yang diskriminatif. Perjalanan itu sangat sulit, sebab kebenaran sering kali sukar ditangkap. Dalam hal ini, ia harus dipilih di antara begitu banyak informasi yang telah diterbitkan mengenai hubungan Amerika Serikat dengan Israel dan bangsa Palestina, yang kebanyakan keliru dan harus dibersihkan dari prasangka. Di samping itu, media populer-koran, buku, artikel, drama televisi dan film dokumenter, serta film layar lebar-sering kali hanya membicarakan sisi heroik sejarah Israel dan perilaku mutakhir, dengan mengabaikan atau menyembunyikan pelanggaran-pelanggaran yang terus dilakukannya atas hak-hak asasi manusia, kebijaksanaan ekspansionisnya, serta pelanggaran hukum internasional. (Misalnya, novel Leon Uris yang sangat populer pada 1950-an, Exodus, sesungguhnya didukung perusahaan humas New York milik Edward Gottlieb untuk "menciptakan sikap yang lebih simpatik terhadap Israel." Sebagai seorang ahli humas, Art Stevens menyimpulkan: "Novel itu lebih dapat mempopulerkan Israel kepada publik Amerika dibanding semua tulisan lain melalui media massa." (2) )

Saya kemukakan di sini suatu pengalaman unik dalam politik Timur Tengah. Saya bertugas selama dua puluh dua tahun sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat, dua belas tahun di antaranya di Departemen Luar Negeri Subkomisi Eropa dan Timur Tengah. Sepanjang tahun-tahun itu saya sering mencela pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Israel atas hak-hak asasi manusia dan agresi militernya, namun saya tidak pernah sekali pun memberikan suara menentang undang-undang yang memberikan sarana pada Israel untuk melaksanakan tindakan-tindakan salah tersebut. Dalam beberapa kesempatan saya mendesak pemerintahan Carter untuk menunda semua bantuan, tapi ketika keputusan dibacakan di dalam komisi dan di majelis DPR mengenai undang-undang dasar bagi bantuan, saya selalu setuju. Ketika kini saya menyesali kemunafikan untuk meneruskan bantuan Amerika Serikat kepada Israel sementara mengecam pelanggaran-pelanggarannya atas hak-hak asasi manusia, saya merenungkan ulah saya itu dengan sedih.

Tahun-tahun yang saya jalani sebagai anggota kongres memberi saya untuk pertama kalinya suatu kesadaran akan politik Timur Tengah. Melalui perjalanan ke luar negeri dan berbagai acara dengar pendapat resmi serta pertemuan-pertemuan pribadi, saya berbicara langsung dengan semua pemimpin utama yang menyusun kebijaksanaan di wilayah itu. Di antara tokohtokoh yang saya kenal itu adalah para pejabat kelompok-kelompok pelobi, yang kebanyakan di antaranya diorganisasi oleh para warga negara AS yang mempunyai ikatan etnis dengan Timur Tengah, termasuk American Israel Public Affairs Committee (AIPAC), organisasi kuat yang bekerja untuk kepentingan negara Israel di Capitol Hill. Pengalaman saya juga mencakup pencalonan dalam dua belas putaran pemilihan federal. Dalam dua pemilihan terahir, saya menyadari bahwa diri saya merupakan sasaran utama dari kelompok-kelompok lobi pro Israel. Kampanye-kampanye itu memberikan wawasan baru mengenai faktor-faktor dalam negeri yang mempengaruhi kebijaksanaan luar negeri. Ketika saya meninggalkan Kongres pada Januari 1983, dengan polos saya menganggap diri saya sebagai semacam ahli mengenai Israel dan negara-negara Arab.

Pendidikan saya dimulai dengan sungguh-sungguh ketika, setelah meninggalkan Kongres, saya memulai riset untuk buku saya They Dare to Speak Out: People and Institutions Confront Israel's Lobby.(3) Saya segera menyadari bahwa pengalaman saya sebagai anggota Kongres hanya memberikan pandangan sekilas mengenai jaringan kerja yang digunakan oleh para pendukung Israel untuk mempengaruhi penyusunan kebijaksanaan Timur Tengah maupun persepsi publik atas Israel.

Pengaruh ini menyusup ke segenap sendi pemerintahan dan ke dalam hampir semua aspek kehidupan, pribadi maupun umum, di seluruh Amerika Serikat. Di Capitol Hill pengaruh itu demikian kuatnya sehingga tidak pernah ada perdebatan menyangkut konflik Arab-Israel. Kecuali Senator Robert C. Byrd dari Virginia Barat dan Bob Dole dari Kansas serta para Wakil James A. Traficant, Jr. dari Ohio dan Nick Joe Rahall dari Virginia Barat, tidak ada satu pun dari anggota kedua dewan itu yang secara berlarut-larut mempertanyakan perilaku Israel. Sebagai mantan Wakil Menteri Luar Negeri, George W. Ball berkomentar: "Mengenai kebijaksanaan Timur Tengah, Kongres berlaku seperti sekawanan anjing pudel yang terlatih, melompat-lompat melalui simpai yang dipegang oleh lobi Israel."(4)

Setiap tahun Kongres Amerika Serikat menyumbangkan pada Israel sebanyak $1000 untuk setiap pria, wanita, dan anak Israel. Tidak soal sekeras apa pun Kongres memotong pos-pos lain dalam anggaran belanja federal, hadiah-hadiah untuk Israel terus mengalir tanpa amandemen yang restriktif atau bisik-bisik pertentangan. Tahun-tahun yang saya lalui di Capitol Hill mendorong saya untuk berkesimpulan bahwa di sana bantuan kepada Israel lebih keramat bahkan dibanding Jaminan Sosial dan Perawatan Kesehatan. 
Pengaruh Israel hampir sama besarnya di cabang eksekutif. Donald McHenry, seorang diplomat karier yang dihormati dan mantan duta besar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengemukakan penilaian yang suram ini: "Akibat pengaruh lobi [Israel], pemerintah kita tidak dapat memenuhi kepentingan nasionalnya sendiri di Timur Tengah." (5)

They Dare to Speak Out menjelaskan bagaimana kekuatan lobi ditanamkan dan dipertahankan --dan mengapa. Tanggapan terhadap penerbitan buku itu-- penjualannya melebihi 210.000 eksemplar --hampir sama mengejutkannya dengan fakta yang diketengahkannya. Tentang tulisan ini, lebih dari seribu orang pembaca telah mengirimkan pesan-pesan lewat surat dan telepon. Sebagian mengadakan perjalanan melintasi negeri ini ke rumah saya di wilayah barat-tengah. Semuanya merasa terganggu dan ingin membantu melonggarkan cengkeraman lobi itu dalam penyusunan kebijaksanaan Timur Tengah. Banyak di antara para pembaca ini yang menjadi anggota pendiri Council for the National Interest, sebuah organisasi nirlaba dan nonpartisan yang berpusat di Washington dan didirikan pada 1989. Tujuan utamanya adalah mengerahkan dukungan pada tingkat masyarakat atas kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mengutamakan kepentingan nasional Amerika di Timur Tengah (lihat LAMPIRAN).

Surat-surat dan telepon-telepon itu mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting. Apakah Israel itu demokratis? Mengapa Perserikatan Bangsa-bangsa menyamakan Zionisme dengan rasisme? Apakah Israel terbuka bagi semua pengungsi? Apakah Israel penting bagi keamanan Amerika Serikat? Apakah Israel membayar utang-utangnya pada Amerika Serikat? Apakah para warga negara Arab diperlakukan sama dengan warga negara Yahudi? Apakah pendudukan militer Israel atas Tepi Barat dan jalur Gaza merupakan suatu pelanggaran atas hukum internasional? Bagaimana Israel menjustifikasi kontrolnya atas orang-orang Palestina yang hidup di sana? Pihak mana yang memulai perang Arab-Israel? Apakah Amerika Serikat mempunyai kewajiban moral untuk membantu Israel dengan masalah-masalah yang dihadapinya, terutama pemukiman para imigran Yahudi dari bekas republik-republik Soviet?

Kebanyakan orang Amerika, yang terpengaruh oleh citra keliru yang telah diciptakan para pendukung Israel, barangkali akan menjawab begini: "Israel adalah demokrasi yang menentang rasisme, memperlakukan semua warga negaranya dengan adil, membayar utang-utangnya pada pemerintah Amerika Serikat dengan segera, telah menganut nilai-nilai yang sama dengan Amerika, dan penting kedudukannya bagi keamanan Amerika Serikat. Karena Amerika Serikat membantu kelahiran Israel dan mendorong imigrasi, maka ia mempunyai kewajiban moral untuk membantu Israel mengatasi masalah-masalahnya. Israel memerangi bangsa Arab hanya jika diserang. Ia harus mempertahankan kontrol ketat di Tepi Barat dan Jalur Gaza sebab orang-orang Palestina yang tinggal di sana ingin menghancurkan Israel." Jawaban-jawaban saya bertentangan dengan pandangan-pandangan ini. Tetapi sementara saya yakin bahwa pendapat-pendapat saya mempunyai landasan kuat, saya belum siap dengan sumber-sumber dasarnya. Saya juga tidak dapat menemukannya dalam buku mana pun.

Sementara meneruskan riset saya setelah terbitnya edisi revisi dari They Dare to Speak Out pada 1989, saya mendapati sejumlah besar pernyataan yang telah diterima secara luas mengenai hakikat Israel dan hubungannya dengan Amerika Serikat yang terbukti keliru melalui dokumen-dokumen yang otoritatif. Jelas bahwa diterimanya pikiran-pikiran yang keliru mengenai Israel bukanlah suatu kebetulan. Tetapi adalah hasil kerja dari banyak orang yang telah mengerahkan tenaga mereka untuk melaksanakan tugas itu dengan penuh kegigihan dan tanggung jawab.

Dorongan untuk mendukung omong kosong-omong kosong ini muncul, setidaknya sebagian, dari rasa hormat orang-orang Yahudi dan Kristen pada Israel. Pendirian negara Israel pada 1948 merupakan prestasi utama agama Yahudi dalam sejarah masa kini, tahun-tahun puncak di mana "tahun depan di Jerusalem" menjadi seruan pemersatu dan impian banyak orang Yahudi di seluruh dunia. Seruan itu semakin bergema setelah terjadinya penindasan kejam dan pembunuhan besar-besaran terhadap orang-orang Yahudi oleh kaum Nazi Jerman selama Perang Dunia II. Contoh seram dari kejahatan pemusnahan bangsa Yahudi ini akan selalu mendapat perhatian publik dengan dibukanya Museum Holocaust baru di dekat Monumen Washington di Washington, D.C. Namun sungguh ironis bahwa usaha sistematis Nazi Jerman untuk menghancurkan bangsa Yahudi di Eropa, yang bukan merupakan tanggung jawab langsung pemerintah Amerika Serikat, menjadi subjek peringatan nasional, sementara kejadian-kejadian yang atasnya pemerintah kita harus menerima tanggung jawab penuh --perbudakan, pembunuhan atas orang-orang Indian Amerika, dan kini pelanggaran atas hak-hak asasi bangsa Arab oleh Israel -- justru diabaikan.

Meskipun pendirian Israel ditentang keras oleh banyak tokoh terkemuka Yahudi di Amerika Serikat dan kejahatannya tetap menjadi topik pemikiran yang meluas di kalangan masyarakat Yahudi di sana, Israel tetap bercahaya di hati orang-orang Yahudi lainnya. Negara Yahudi dipandang sebagai suatu tempat berlindung di mana bangsa Yahudi dapat merasa aman dari datangnya gelombang perasaan anti-Semit di masa mendatang. Sebuah survei yang dibuat pada 1983 mengenai orang-orang Yahudi Amerika mencatat: "Perhatian pada Israel masih ditunjukkan dengan menghadiri Passover Seder dan dengan menyalakan lilin-lilin Hanukkah sebagai ungkapan kesetiaan Yahudi Amerika yang paling populer." (6) Rabbi Arthur Hertzberg sampai pada kesimpulan serupa: "Rasa memiliki orang-orang Yahudi di seluruh dunia, di mana Israel merupakan pusatnya, merupakan perasaan keagamaan, namun tampaknya itu juga dirasakan oleh orang-orang Yahudi yang menganggap diri mereka sekular atau ateis." (7)

Cendekiawan Irving Kristol mengakui kepeduliannya pada Israel di halaman-halaman The Wall Street Journal: "Mengapa saya begitu terpengaruh? Saya bukan seorang Yahudi Ortodoks, dan tidak terlalu taat. Saya bukan seorang Zionis dan saya merasa bahwa dua kali kunjungan saya ke Israel tidak terlalu menggembirakan." Namun dia mengaku sangat peduli pada Israel sebab dia merasakan "jauh di lubuk hati bahwa apa yang terjadi pada Israel akan menentukan bagi sejarah Yahudi, dan bagi jenis kehidupan yang akan dijalani oleh cucu-cucu dan cicit-cicit saya." (8)

 Di tahun-tahun belakangan ini Israel dianggap lebih dari sekadar tempat mengungsi. Ralph Numberger, sarjana lain dan pengamat kritis agama Yahudi, mencatat adanya penurunan tajam peran serta Yahudi dalam kebaktian agama dan menyimpulkan: "Bagi banyak orang Yahudi Amerika, Israel telah menggantikan Yahudi sebagai agama mereka(9). Akibatnya Israel menjadi fokus pengabdian yang kukuh dan tidak kritis bagi para pemimpin organisasi-organisasi Yahudi tradisional Amerika. 

Tetapi masih ada perkecualian. Di kalangan akademis, bisnis, dan jurnalis, sejumlah profesional Yahudi terkemuka berbicara dan menulis tentang Israel dengan terus terang, seimbang, dan peka. Di antaranya Anthony Lewis, Mike Wallace, Roberta Feuerlicht, Rita Hauser, Milton Viorst, Seymour M. Hersh, Michael Lerner, Noam Chomsky, dan Philip Klutznick. Mereka memberikan sumbangan berharga pada wacana publik mengenai kebijaksanaan Timur Tengah. Namun terkadang suara-suara mereka tidak dapat didengar akibat dengungan mantra-mantra dari orang-orang Amerika yang penilaiannya tersaput awan kegairahan emosional.

Israel juga mendapatkan dukungan politik sangat besar dari berjuta-juta orang Kristen fundamentalis yang dibutakan oleh keyakinan untuk menerima pikiran-pikiran keliru mengenai Israel. Mereka percaya bahwa orang-orang Israel masa kini mewarisi hak istimewa dari Tuhan yang dimiliki orang-orang Israel di masa diwahyukannya Kitab Injil. Mereka berpendapat bahwa Israel harus dijaga agar tetap kuat sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk "akhir zaman" yang diramalkan dalam Kitab Injil. Mereka mengabaikan landasan-landasan sektarian anti-Semit dan anti-Katolik dari sistem keyakinan apokaliptis ini, yang meramalkan kehancuran semua bangsa, termasuk Yahudi, yang tidak "dilahirkan kembali" sebagai penganut agama Kristen. (10)

Orang-orang Kristen fundamentalis dan orang-orang Yahudi yang menerima Israel sebagai agama mereka tampaknya terpaksa membelanya dari semua kritik. Dalam semangat mereka, sering kali mereka salah menuduh para kritikus Israel sebagai anti-Semit atau "orang-orang Yahudi yang membenci diri sendiri." Akibatnya timbullah intimidasi. Kebebasan berbicara diberangus dan telah yang mendalam serta penilaian yang bijaksana dihalangi. Sebaliknya, diskusi terbuka mengenai kelemahan-kelemahan Israel lazim dilakukan para warga negaranya. Pers Ibrani, forum utama bagi perdebatan bangsa Israel, dipenuhi laporan-laporan yang terus terang tentang kesalahan tindakan pemerintah Israel, namun semua ini jarang dikutip di Amerika Serikat.

Yang juga dapat kita temukan di kalangan para pembela Israel adalah orang-orang yang tidak mempunyai motivasi agama tetapi percaya bahwa negara Israel melindungi kepentingan-kepentingan militer, ekonomi, atau politik vital Amerika di wilayah itu. Selama bertahun-tahun, mereka menganggap Israel sebagai benteng pertahanan melawan intervensi Soviet. Kini mereka melihatnya, secara keliru menurut pendapat saya, sebagai suatu lawan efektif bagi kejahatan radikalisme agama yang berpusat di Iran dan ancaman militer yang telah ditunjukkan oleh Saddam Hussein dari Irak.

Kebanyakan omong-kosong Israel merupakan hasil karya para partisan agama, baik Yahudi maupun Kristen, yang mengulang-ulang omongan kosong ini sedemikian seringnya dari tahun ke tahun sehingga semuanya diterima hampir secara universal sebagai realitas. Bagi sebagian besar orang Amerika, rangkaian mitos-mitos ini menegaskan kedudukan Israel dan membuat bantuan ekonomi, politik, dan militer Amerika Serikat tetap mengalir.

Dalam buku ini, saya mencatat setiap pernyataan seorang tokoh terkemuka dan kemudian menelaah dan membuktikan kebohongannya dengan mengemukakan fakta-fakta yang secara cermat dilaporkan dan dijelaskan dalam catatan publik, sebagian besar dari sumber-sumber Israel. Gambaran tentang Israel yang kemudian tampil, yang didukung oleh fakta-fakta dan bukannya mitos-mitos, akan membuka mata banyak pembaca.

Jika sejarah konflik Arab-Israel ditulis di masa sekarang, akan tercatat bahwa sebagian besar warga negara Amerika Serikat, baik yang beragama Kristen maupun Yahudi, tidak akan bersuara mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan tidak manusiawi yang dilaksanakan oleh Israel atau secara langsung terlibat dalam pelaksanaannya. Maksud buku ini adalah memberikan informasi yang akan mengilhami para pembaca yang bijaksana agar menuntut perubahan.

{[['']]}

MINHAJUL ABIDIN - Wasiat Imam Ghazali

Jalan ibadah adalah jalan karunia, pahala, nikmat abadi, dan jalan tol menuju surga yang kekal. Semua terasa indah, seindah hati para 'abidin (ahli ibadah) yang menjalaninya dengan ikhlas dan ihsan. Inilah jalan para nabi, para auliya, para shalihin dan mukhlisin.

Tapi, jalan menuju ke surga-Nya itu bukanlah jalan yang mudah dilalui oleh hamba-hamba yang mudah tergoda dunia dan lainnya. Berbagai jebakan menghadang, siap menarik seorang hamba ke lubang maksiat, hingga terus menjauh dari tujuan ibadahnya. Rasulullah saw. bersabda: "Ketahuilah, bahwa (jalan menuju) surga itu penuh rintangan dan lika-liku, sedangkan jalan ke neraka itu mudah dan rata."

Melalui kitab MINHAJUL 'ABIDIN ini, Imam al-Ghazali, ulama besar di bidang ilmu tasawuf dan fiqih, membagi perjalanan seorang ahli ibadah itu dalam tujuh tahapan. Ini adalah risalah bimbingan yang menjadi wasiat terakhirnya bagi umat ini, karena tak lama kemudian sang hujjatul islam ini meninggalkan dunia, menghadap Tuhan yang terus-menerus ia rindukan.

Al-Ghazali memaparkan tips-tips penting bagi kita agar selalu waspada terhadap setiap jebakan yang ada, dan agar dapat segera keluar bila kita telah masuk ke dalam perangkap itu.

{[['']]}

Lord of the Rings - Sembilan Pembawa Cincin (01)

Buku ini adalah Buku Pertama
The Lord of the Rings: Sembilan Pembawa Cincin, inilah epic pembuka dari trilogi novel The Lord of the Rings yang masuk dalam daftar buku terbaik sepanjang masa. Dikisahkan dengan begitu mendetail dan lengkap, trilogi petualangan fantasi karya J.R.R Tolkien ini seperti sudah ditakdirkan untuk menjadi sebuah karya besar nan melegenda sejak kali pertama diterbitkan menjelang pertengahan abad ke-20. Dalam seri ini, Tolkien dengan lihai mampu meramu sebuah kisah fantasi yang benar-benar memenuhi ekspektasi dan harapan pembaca akan sebuah kisah ajaib dan seru. Dengan cermat ia menyusun sebuah kisah di dunia lama, zaman ketika Bumi belum terlalu tua dan Eropa masih disebut dengan Middle Earth. Itulah masa-masa ketika sihir masih berkecamuk, ketika pedang adalah lambang harga diri, ketika daratan masih diliputi hutan dan aneka legenda, ketika sikap ksatria dan keberanian adalah harta tak terbeli, ketika janji masih dijunjung tinggi.

Kisah besar ini terjadi pada Zaman Keempat—yang rincian kalender di Dunia Tengah dapat dilihat di buku The Return of the King. Kala itu, Dunia Tengah masih diliputi kedamaian karena Sang Kegelapan masih lemah di pusat kekuasaannya di timur. Hanya sesekali terjadi perang atau gangguan keamanan, atau kemunculan beberapa orc dan troll di sudut-sudut terjauh Bumi Tengah, di Mirkwood, dan di Pegunungan Berkabut. Kaum Hobbit (nama “hobbit” merupakan istilah ciptaan Tolkien yang kemudian masuk di dalam kamus Bahasa Inggris) hidup tenang dalam rumah-rumah lubang mereka di Shire. Kaum manusia masih bertahta dan menjalankan tugasnya dengan penuh kebanggaan sebagai calon pewaris peradaban Bumi Tengah. Kaum kurcaci sibuk dengan perkakas dan kehidupan mereka di gunung-gunung batu serta terowongan. Sementara, kaum elf memutuskan untuk mengasingkan diri dari dunia dan mencoba mengabaikan segala apa yang terjadi di Dunia Tengah. Dunia seakan berputar dengan begitu biasa, padahal di timur kegelapan tengah bangkit dan mengumpulkan kuasa jahatnya.

Adalah Frodo Baggins, seorang hobbit yang juga keponakan dari Bilbo Baggins (kisah lengkap Bilbo bisa dibaca pada buku The Hobbit), yang mewarisi sebuah cincin keramat ari sang paman. Cincin inilah rahasia dari kekayaan, kejayaan, dan kehebatan keluarga Baggins di Hobitton. Kunjungan sang penyihir kelabu Gandalf mengubah segalanya, termasuk mengubah takdir hidup Frodo dan juga nasib Dunia Tengah. Cincin itu ternyata adalah pusat kekuatan dari Sang Gelap yang tengah bangkit di timur. Jika cincin itu jatuh ke tangannya, maka berakhirlah kehidupan di seluruh penjuru Dunia Tengah. Keputusan telah dibuat. Dewan penyihir dan kaum elf sepakat bahwa cincin itu harus dihancurkan. Frodo pun terpilih sebagai sang pembawa cincin karena sebagai hobbit ia dinilai paling tidak mempan tergoda oleh bujukan si cincin.

Maka dibentuklah aliansi pertama untuk melawan kembali kebangkitan Sang Gelap. Dari masing-masing ras di Dunia Tengah, ditunjuklah sejumlah perwakilan. Aragon dan Boromir dari ras manusia, Gimli dari ras kurcaci, Legolas dari kaum elf, Gandalf sang penyihir, serta ketiga sahabat Frodo yakni Merry, Peppin, dan Sam sebagai wakil dari ras hobbit. Maka, dimulailah perjalanan akbar sembilan pembawa cincin menuju Gunung Mordor demi menghancurkan cincin keramat tersebut. Dari sini, cerita akan bergulir seiring dengan makin jauhnya perjalanan para pembawa cincin. Melewati kota-kota manusia dan kampung hobbit, menembus hutan belantara yang penuh jebakan, melewati terowongan-terowongan gelap yang menyesatkan, hingga berjuang melawan terpaan badai salju di lereng pegunungan terjal. Sebuah perjalanan yang berat, apalagi Sang Gelap juga merasakan ketiakberesan sehingga ia mengirimkan pasukan hitamnya.

Ini adalah perjalanan fisik sekaligus perjalanan jiwa. Segala serangan dan kesulitan yang menghadang di perjalanan telah menjadikan sembilan pembawa cincin itu saling terikat erat satu sama lain. Persahabatan mereka terbukti ampuh dalam menghadapi dan menaklukkan apapun yang menghadang, termasuk monster dan kuasa jahat sekalipun. Tapi, tidak ada hasil yang besar tanpa cobaan yang berat dan tak tertangguhkan. Kuasa nafsu begitu sulit ditolak sehingga pada akhir buku pertama ini, berakhirlah kebersamaan sembilan pembawa cincin. Frodo dan Sam harus berpisah dari teman-temannya yang lain, karena masing-masing punya takdir yang harus dipenuhi dan dijalani demi menyelamatkan Dunia Tengah.

The Lord of the Rings: Sembilan Pembawa Cincin berhasil melanjutkan kesuksesan The Hobbit . Novel ini ditulis dengan begitu terperinci, begitu lengkap sehingga hampir-hampir menyerupai perjalanan sungguhan ke daratan tak bertuan. Tolkien begitu piawai mendeskripsikan Dunia Tengah dengan kondisi alam dan penduduknya, bahkan bahasa-bahasa, sejarah, hingga kronologis waktunya. Karena saking lengkapnya, banyak pembaca yang merasakan novel ini sangat lambat dan alurnya sangat pelan, padahal dari situlah bukti keseriusan sang penulis dalam menggarap novel ini. Seolah-olah, Tolkien hendak menuliskan sebuah dunia yang benar-benar nyata, yang lengkap dengan segala atributnya sebagaimana dunia yang bisa dibayangkan pembaca. Dan ia berhasil. Setelah pembaca menyelesaikan pembacaan The Lord of the Rings, mereka pasti akan merindukan kembali saat-saat “berjalan” menembus Old Forrest atau mendaki Pegunungan Berkabut atau mengunjungi Rivendell. 

Ada saat-saat hebat yang kita rasakan saat membaca buku ini. Seolah-olah, pembaca akan dipindahkan ke masa-masa kuno ketika sihir dan adu pedang adalah hal biasa. Tolkien juga memanjakan pembacanya dengan detail (yang mungkin dianggap bertele-tele oleh sebagian orang) dan inilah yang menjadikan gambaran dalam novel ini begitu vivid dan mengikat pembaca. Dan, tanpa sadar, kita seolah-olah diajak menjadi pembawa cincin yang kesepuluh, yang menemani sekaligus mengawal Frodo dalam perjalanan besarnya menyelamatkan Dunia Tengah.

{[['']]}

Lord of the Rings - The Two Towers (02)

Buku ini adalah Buku Kedua
Dalam buku pertama, The Fellowship of the Ring (Sembilan Pembawa Cincin), diceritakan bahwa Cincin yang diwarisi Frodo dari Bilbo ternyata adalah Cincin Utama, yang paling penting dari rangkaian Cincin Kekuasaan. Karena itulah Frodo dan kawan-­kawannya terpaksa pergi meninggalkan rumah mereka yang tenang di Shire. 

Sepanjang perjalanan, mereka terus dibayangbayangi oleh Para Penunggang Hitam dari Mordor. Akhirnya, dengan bantuan Aragorn, Penjaga Hutan dari Eriador, mereka berhasil melewati berbagai bahaya mengerikan, dan tiba di Rumah Elrond di Rivendell. Di sana diadakan Rapat Besar, dan diputuskan bahwa Cincin itu mesti dihancurkan. Frodo-lah yang ditunjuk sebagai Pembawa Cincin. Selain dirinya, akan ikut beberapa orang lain untuk membantunya dalam perjalanan menuju Gunung Api di Mordor, wilayah sang Musuh sendiri, untuk menghancurkan Cincin itu.

Rombongan mereka terdiri atas: Aragorn dan Boromir putra Penguasa Gondor, mewakili Manusia; Legolas, putra Raja Peri di Mirkwood, mewakili kaum Peri; Gimli putra Gloin dari Pegunungan Sunyi, mewakili kaum Kurcaci; Frodo bersama pelayannya Samwise, dan dua kerabatnya, Meriadoc dan Peregrin, mewakili kaum hobbit; dan Gandalf si penyihir. Rombongan itu mengadakan perjalanan panjang yang rahasia, jauh dari Rivendell di Utara. Ketika mendapat kesulitan menyeberangi Pegunungan Caradhras di musim dingin, Gandalf memimpin mereka melewati gerbang rahasia yang membawa mereka ke TambangTambang Moria, mencari jalan di bawah pegunungan. 

Di sana Gandalf bertarung dengan Balrog, makhluk dahsyat dari dunia bawah, dan ia jatuh ke jurang tak berdasar. Maka Aragorn putra Arathorn mengambil alih pimpinan. Ia membawa mereka melewati Gerbang Timur Moria, melintasi Lorien, negeri kaum Peri, dan menyusuri Sungai Besar Anduin, hingga tiba di Air Terjun Rauros. Mereka menyadari bahwa ada mata-mata yang mengawasi, di antaranya Gollum, makhluk yang pernah memiliki Cincin itu di masa silam. Kini mereka harus memutuskan, apakah akan berbelok ke timur, menuju Mordor, atau ikut dengan Boromir ke Minas Tirith, kota utama Gondor, untuk membantu dalam peperangan yang akan berlangsung. Atau haruskah mereka memisahkan diri? Ketika Frodo menegaskan bahwa ia hendak terus berjalan menuju Mordor, Boromir berusaha merampas Cincin itu. 

Buku pertama diakhiri dengan peristiwa jatuhnya Boromir pada nafsu untuk memiliki Cincin itu, yang berakibat pada menghilangnya Frodo serta Samwise; sementara itu, para anggota rombongan yang lain tercerai-berai karena serangan mendadak kaum Orc, yang sebagian melayani sang Penguasa Kegelapan dari Mordor, dan sebagian lagi pelayan Saruman dari Isengard. Dalam buku kedua ini, The Two Towers Dua Menara, diceritakan nasib masing-masing anggota Rombongan setelah mereka tercerai-berai, sampai kedatangan Kegelapan besar, dan pecahnya Perang Cincin, yang akan diceritakan dalam buku ketiga dan terakhir.

{[['']]}

Lord of the Rings - The Return of The King (TAMAT)

Buku ini adalah Buku Ketiga
Bagian pertama, The Fellowship of the Ring (Sembilan Pembawa Cincin), mengisahkan bagaimana Gandalf si Kelabu menemukan bahwa cincin yang dimiliki Frodo si Hobbit ternyata sebenarnya Cincin Utama, penguasa semua Cincin Kekuasaan. Di dalamnya diceritakan tentang pelarian Frodo dan pendamping-pendampingnya dari kampung halaman mereka yang damai di Shire, dikejar teror para Penunggang Hitam dari Mordor, sampai akhirnya, dengan bantuan Aragorn sang Penjaga Hutan dari Eriador, mereka tiba di Rumah Elrond di Rivendell setelah melewati bahaya-bahaya yang dahsyat. Rapat Akbar Dewan Penasihat Elrond diadakan. Di sana diputuskan untuk mencoba menghancurkan Cincin Utama, dan Frodo ditunjuk sebagai Pembawa Cincin. Kemudian dipilihlah anggota-anggota kelompok Pembawa Cincin yang bertugas membantu Frodo dalam perjalanannya: sedapat mungkin pergi ke Gunung Api di Mordor, satu-satunya tempat Cincin itu bisa dimusnahkan. Sembilan Pembawa Cincin itu adalah:

Aragorn, dan Boromir putra penguasa Gondor, mewakili Manusia; Legolas putra Raja Peri dari Mirkwood, sebagai wakil kaum Peri; Gimli putra Gloin dari Gunung Sunyi, sebagai wakil kaum Kurcaci; Frodo dengan pelayannya Samwise, dan kedua kerabatnya yang masih belia, Meriadoc dan Peregrin, wakil kaum Hobbit; serta Gandalf si Kelabu (Penyihir). 

Para Pembawa Cincin melakukan perjalanan rahasia jauh dari Rivendell di Utara, sampai suatu saat mereka gagal dalam upaya melintasi puncak Caradhras di musim salju, lalu mereka dituntun oleh Gandalf melewati gerbang tersembunyi dan masuk ke Pertambangan Moria yang luas, sambil mencari jalan di bawah pegunungan. Di sana Gandalf jatuh ke dalam jurang gelap setelah bertempur dengan makhluk mengerikan dari neraka. Aragorn, yang ternyata putra mahkota Raja-Raja Barat zaman purba, kemudian memimpin rombongan itu keluar dari Gerbang Timur Mona, melewati negeri Peri, Lorien, dan mengarungi Sungai Anduin, sampai mereka tiba di Air Terjun Rauros. 

Mereka sudah menyadari bahwa perjalanan mereka dipantau mata-mata, dan makhluk mengenaskan bernama Gollum, yang pernah menjadi pemilik Cincin Utama dan masih mendambakannya, sedang mengikuti jejak mereka. Tibalah saatnya mereka harus memutuskan apakah akan pergi ke timur, ke Mordor; atau pergi dengan Boromir untuk mendukung Minas Tirith, ibukota Gondor, dalam perang yang akan segera berkobar; atau saling memisahkan diri. Ketika ternyata Pembawa Cincin sudah bertekad melanjutkan perjalanannya yang nekat ke negeri sang Musuh, Boromir berusaha merebut Cincin dengan kekerasan. Bagian pertama berakhir dengan tergodanya Boromir oleh Cincin Utama; pelarian dan lenyapnya Frodo bersama pelayannya Samwise; dan tercerai-berainya sisa rombongan Pembawa Cincin oleh serangan mendadak pasukan Orc, yang sebagian melayani Penguasa Gelap dari Mordor, dan sebagian lainnya adalah anak buah pengkhianat dari Isengard, Saruman. Perjalanan sang Pembawa Cincin rupanya sudah dibuyarkan oleh malapetaka. 

Bagian kedua (Buku Tiga dan Empat), The Two Towers (Dua Menara), mengisahkan sepak-terjang masing-masing anggota rombongan setelah Sembilan Pembawa Cincin tercerai-berai. Buku Tiga menceritakan penyesalan dan kematian Boromir, serta penghanyutan jenazahnya dalam perahu yang dilepaskan mengarungi Air Terjun Rauros; tentang ditangkapnya Meriadoc dan Peregrin oleh pasukan Orc, yang membawa mereka ke Isengard melewati padang-padang timur Rohan; dan tentang pengejaran mereka oleh Aragorn, Legolas, dan Gimli. Muncullah kemudian para Penunggang Kuda Rohan. Pasukan berkuda yang dipimpin Eomer sang Marsekal, mengepung pasukan Orc di perbatasan Hutan Fangorn, dan memusnahkan mereka; tapi kedua hobbit melarikan diri ke dalam hutan dan di sana mereka bertemu Treebeard si Ent, penguasa rahasia Fangorn. Ketika mendampinginya, kedua hobbit menyaksikan bangkitnya amarah bangsa Pohon dan perjalanan mereka ke Isengard. Sementara itu Aragorn dan kawan-kawannya bertemu Eomer yang baru pulang dari pertempuran melativan Orc. Eomer meminjami mereka kudakuda, dan mereka melanjutkan perjalanan ke hutan. 

Dalam perjalanan mencari kedua hobbit, mereka bertemu lagi dengan Gandalf yang sudah kembali dari kematian, dan kini menjadi Penunggang putih, namun masih terselubung jubah kelabu. Bersama Gandalf mereka melaju melintasi Rohan sampai ke balairung Raja Theoden dari Mark, di mana Gandalf menyembuhkan raja tua itu dan membebaskannya dari sihir Wormtongue, penasihatnya yang jahat, yang sebenarnya merupakan komplotan Saruman. Kemudian mereka maju bersama Raja dan pasukannya untuk bertempur melawan pasukan Isengard, dan ikut berperan dalam kemenangan tipis pertempuran di Homburg. Kemudian Gandalf menuntun mereka ke Isengard. Di sana mereka menemukan benteng megah itu sudah menjadi puing berkat bangsa Pohon, sedangkan Saruman dan Wormtongue terkepung dalam menara Orthanc yang masih gigih bertahan. Dalam pembicaraan di depan pintu, Saruman menolak untuk menyerah, maka Gandalf memecatnya dan mematahkan tongkat sihirnya, meninggalkan Saruman di bawah pengawasan para Ent. Dari sebuah jendela tinggi Wormtongue melemparkan sebentuk batu ke arah Gandalf, namun tidak kena sasaran, dan batu itu dipungut oleh Peregrin. Ternyata itu salah satu dari tiga palantiri yang masih tersisa, Batu Penglihatan dari Numenor. Larut malam, Peregrin tergoda oleh Batu itu; ia mencurinya dan memandang ke dalamnya, sehingga terungkaplah dirinya di depan Sauron. 

Buku ketiga berakhir dengan kedatangan Nazgul yang melintas di atas padang Rohan. Hantu Cincin yang menunggang kuda terbang ini adalah pertanda perang akan segera dimulai. Gandalf menyerahkan palantir pada Aragorn, dan pergi ke Minas Tirith sambil membawa Peregrin. Buku Keempat menceritakan Frodo dan Samwise yang kini tersesat di perbukitan gersang Emyn Mull. Dikisahkan bagaimana mereka lolos dari perbukitan, dan disusul oleh Smeagol-Gollum; dan bagaimana Frodo menjinakkan Gollum, bahkan hampir melenyapkan kekejiannya, sehingga Gollum mengantar mereka melintasi Rawa-Rawa Mati dan daratan-daratan yang telah rusak, sampai ke Morannon, Gerbang Hitam Negeri Mordor di Utara. Ternyata mustahil bisa masuk lewat Gerbang itu, dan Frodo menerima saran Gollum: agar mencari “jalan masuk rahasia” yang diketahui Gollum, di sebelah selatan di Gunung Bayang-Bayang, di tembok-tembok barat Mordor. 

Dalam perjalanan ke sana, mereka ditawan pasukan pengintai bangsa Gondor yang dipimpin Faramir, adik Boromir. Faramir menemukan rahasia misi mereka, tapi Ia berhasil menolak godaan yang membuat Boromir takluk, dan ia melepas kepergian mereka pada tahap terakhir perjalanan mereka ke Cirith Ungol, Celah Labah-Labah; ia memperingatkan mereka bahwa tempat itu penuh bahaya maut, yang belum diceritakan sepenuhnya oleh Gollum pada mereka. Saat mereka sampai ke Persimpangan Jalan, dan mengambil arah menuju kota. Minas Morgul yang mengerikan, kegelapan besar keluar dari Mordor, menyelubungi seluruh daratan. Lalu Sauron mengirim pasukannya yang pertama, di bawah pimpinan Raja para Hantu Cincin: Perang Cincin sudah dimulai. Gollum menuntun kedua hobbit menuju jalan rahasia yang menghindari Minas Morgul, dan dalam kegelapan akhirnya mereka sampai ke Cirith Ungol. Di sana Gollum kembali ke wataknya yang keji, dan berupaya mengkhianati kedua hobbit itu masuk dalam perangkap , penguasa celah tersebut, Shelob, makhluk yang mengerikan. Namun ia terhalang oleh kepahlawanan Samwise, yang menangkis serangan Shelob dan melukainya. Bagian kedua berakhir dengan pilihan Samwise. 

Frodo, yang sudah disengat Shelob, tergeletak mati, atau begitulah kelihatannya: misi mereka terpaksa berakhir dengan malapetaka, atau Samwise harus meninggalkan majikannya. Akhirnya Sam mengambil Cincin dan berusaha melanjutkan sendirian misi yang tampaknya sia-sia itu. Tapi tepat saat Ia akan masuk ke daratan Mordor, beberapa Orc datang dari Minas Morgul dan turun dari menara Cirith Ungol yang berfungsi menjaga puncak celah. Dalam keadaan tidak tampak karena memakai Cincin, Samwise menguping percakapan para Orc bahwa Frodo bukan mati, tapi hanya pingsan. Namun sudah terlambat ketika ia mengejar mereka; para Orc menggotong tubuh Frodo ke terowongan yang menuju pintu belakang menara mereka. Samwise jatuh pingsan di depannya ketika pintu itu berdentang tertutup. Buku ini, yang ketiga dan terakhir, akan menceritakan strategi pertarungan antara Gandalf dan Sauron, sampai ke bencana terakhir dan sirnanya kegelapan besar. Tapi mula-mula kita tinjau dulu kisah pertempuran di Barat.

{[['']]}

Harry Potter dan Batu Bertuah (01)

Harry Potter hidup sebagai anak biasa di keluarga paman dan bibinya setelah saat ia masih bayi ditinggalkan di depan rumah mereka oleh Albus Dumbledore. Orang tuanya dibunuh oleh penyihir hitam yang sangat kuat bernama Voldemort namun ia menghilang saat mencoba membunuh Harry. Oleh keluarga Dursley, ia diperlakukan semena-mena karena keluarga Dursley tidak ingin Harry dan orang lain tahu bahwa mereka adalah keluarga dari penyihir.

Kehidupan Harry berubah saat rumahnya dibanjiri surat sampai mereka harus mengungsi namun akhirnya Rubeus Hagrid dari Hogwarts mengantar sendiri surat tersebut yang merupakan undangan bersekolah di Hogwarts. Harry Potter akhirnya mengetahui kepopulerannya di dunia sihir saat berkunjung ke Diagon Alley, perbelanjaan para penyihir dan Gringotts, bank sihir. Di Gringotts, Hagrid juga melaksanakan tugas untuk mengambil sebuah benda kecil yang amat rahasia.

Dalam perjalanan ke sekolahnya dengan Hogwarts Express, Harry bertemu beberapa anggota keluarga Weasley yaitu Ronald Weasley, si kembar Fred dan George Weasley, dan Percy Weasley. Sebelumnya, di stasiun ia bertemu Molly Weasley, ibu mereka, dan Ginny Weasley. Selain itu, terdapat pula Hermione Granger, Neville Longbottom, serta Draco Malfoy.

Di Hogwarts, mereka diseleksi ke dalam satu dari empat asrama oleh Topi Seleksi. Harry, Ron, Hermione, dan Neville masuk ke asrama yang mempunyai reputasi terbaik, Gryffindor, sedangkan Malfoy masuk ke Slytherin, tempat berbagai penyihir hitam.

Hari-harinya di Hogwarts terdiri dari berbagai pelajaran sihir namun yang paling dibencinya adalah Profesor Snape, guru Ramuan dan terdapat pula guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam, Profesor Quirrell. Harry juga secara istimewa masuk dalam tim Quidditch Gryffindor. Dan ia juga dijuluki pemain Quidditch termuda selama 100 tahun ini.

Cerita bergulir tentang percobaan pencurian di lokasi yang sama dengan barang yang diambil Hagrid serta Harry yang menemukan Cermin Tarsah. Berbagai kejadian terjadi dan menunjukkan seseorang berusaha mencuri Batu Bertuah dengan tersangka Snape. Rahasia ini hanya diketahui Harry, Ron, dan Hermione.

Namun, setelah mengatasi berbagai rintangan, yang ditemukan berusaha mencuri adalah Quirrell yang ditumpangi Voldemort. Usahanya menghalangi pencurian berhasil dan Gryffindor memenangkan piala asrama.

{[['']]}

Harry Potter dan Kamar Rahasia (02)

Harry Potter dan Kamar Rahasia memunculkan karakter baru seperti Professor Lockhart, Dobby, Ginny, adik Ron yang diceritakan sekilas di buku pertama dan yang paling utama Tom Riddle a.k.a Lord Voldemort. Seperti biasa, Harry Potter serta Ron dan Hermione adalah murid Griffindor yang berani dan tak jarang melanggar peraturan demi mencari tahu dan membela kebenaran. Kali ini ada sebuah misteri dimana secara mengejutkan Kamar Rahasia yang tak pernah diketahui letaknya telah dibuka oleh seseorang. Bukan hanya itu, Kamar Rahasia tersebut hanyalah bisa dibuka oleh pewaris Slytherin. Harry serta kedua sahabatnya mencurigai Draco Malfoy sebagai pewaris Slytherin tapi semua orang malah mencurigai Harry Potter karena diam-diam Harry memiliki kemampuan berbicara parseltongue (bahasa ular), bakat mengerikan yang hanya bisa dimiliki oleh pewaris Slytherin. 

Siapa saja yang membaca buku Harry Potter dan Kamar Rahasia ini akan tahu bahwa Professor Lockhart adalah seorang pembual. Dia salah satu karakter yang paling tidak kusukai. Bergaya narsis, merasa dirinya paling hebat, dll padahal dia tidak memiliki satu kehebatan pun yang bisa dipamerkannya kecuali cerita-cerita dari kumpulan bukunya yang hanyalah bualan belaka. Ron dan Harry menyadari bahwa Professor Lockhart sama sekali tidak bisa sihir tapi Hermione yang sering dielu-elukan oleh para guru karena kepintarannya seakan tersihir oleh cerita-cerita Lockhart dan selalu membelanya di depan Harry dan Ron dalam setiap kesempatan.

Buku ke-2 ini cukup seru seperti buku sebelumnya. Banyak misteri yang mengundang tanda tanya dan banyak pula cerita yang cukup mengejutkan. Harry sendiri untuk dapat kembali ke Hogwarts setelah selesai liburan adalah cukup sulit. Dobby, bermaksud menahan Harry di dunia muggle untuk selamanya karena menurut Dobby, si peri rumah, Harry Potter akan berada dalam bahaya jika ia kembali ke Hogwarts. Namun, misi penyelamatan Dobby terhadap Harry Potter justru membawa kemalangan tersendiri buat Harry. Singkat kata, you are not so helping, Dobby.

Overall, membaca ulang buku ini seperti mengulang masa lalu yang indah. I will always love the super intense yet exciting adventure of those trio, Harry - Ron - Hermione.

{[['']]}

Harry Potter dan Tawanan Azkaban (03)

SELAMA dua belas tahun, penjara sihir Azkaban yang mengerikan mengurung tawanan berbahaya bernama Sirius Black. Black yang ditahan karena membunuh tiga belas orang dengan dengan satu kutukan, dikabarkan sebagai putra mahkota si Pangeran Kegelapan. Voldemort. Sekarang Black berhasil kabur. Hanya ada dua petunjuk untuk memperkirakan ke mana kiranya tujuannya: Keberhasilan Harry Potter mengalahkan Voldemort berarti kejatuhan Black juga. Dan para pengawal Azkaban sering mendengar Black mengigau dalam tidurnya, "Dia di Hogwarts... dia di Hogwarts."

Harry Potter tidak aman, bahkan sekalipun dia berada di dalam perlindungan dinding kastil sekolah sihirnya, dan dikelilingi oleh teman-temannya. Karena... mungkin saja ada pengkhianat di antara mereka!

{[['']]}

Harry Potter dan Piala Api (04)

Tahun ini akan berlangsung Piala Dunia Quidditch. Harry ingin sekali menontonnya, tetapi akankah keluarga Dursley mengizinkannya? Tahun ini Hogwarts juga akan menjadi tuan rumah turnamen sihir yang sudah lebih dari seratus tahun tak pernah diadakan. Tahun ini, Harry yang beranjak remaja, juga mulai naksir cewek. Siapakah cewek beruntung yang kejatuhan cinta penyihir dan Seeker beken ini? Tapi tak semua yang dialami Harry peristiwa hura-hura. Karena mendadak bekas luka di keningnya terasa sakit sekali. Dan di langit malam, muncul Tanda Kegelapan, tanda yang menyatakan bangkitnya Lord Voldemort. Dan itu baru permulaan.

Wujud Lord Voldemort akan kembali sempurna bila dia berhasil mendapatkan darah musuh besarnya, Harry Potter. Dan dengan bantuan abdinya yang setia, Lord Voldemort menculik Harry.

Akhirnya, untuk pertama kalinya selama tiga belas tahun. Harry berhadapan langsung dengan musuh besarnya. Dan tak terhindarkan lagi, keduanya berduel...

{[['']]}

Harry Potter dan Orde Phoenix (05)

Orde Phoenix didirikan oleh Albus Dumbledore untuk melawan Voldemort dan para pengikutnya, Pelahap Maut. Alasan mengapa organisasi perlawanan ini diberi nama Phoenix tidak dijelaskan di dalam buku, tetapi kemungkinan berhubungan dengan burung Phoenix milik Dumbledore, Fawkes. Dalam perjuangannya melawan Voldemort, organisasi ini juga didukung oleh Laskar Dumbledore sejak buku kelima, dan bahu-membahu bertempur melawan Voldemort dan Pelahap Maut di buku ketujuh.

{[['']]}

Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran (06)

Khawatir dengan pengalaman pertemuannya dengan Voldemort di Kementerian Sihir, Harry Potter merasa enggan untuk kembali ke Hogwarts. Dumbledore mendorongnya untuk kembali, setelah mengajaknya untuk menemui seorang mantan guru Hogwarts, Horace Slughorn. Dengan bantuan Harry, ia berhasil membujuk Slughorn agar mau kembali mengajar di Hogwarts.

Sementara itu, Pelahap Maut mulai menimbulkan kerusakan baik di kalangan Muggle (masyarakat manusia biasa non-sihir) maupun Penyihir. Mereka menghancurkan Jembatan Millenium serta menculik pembuat tongkat sihir Mr. Ollivander dan menghancurkan tokonya di Diagon Alley.

Bellatrix Lestrange berhasil membujuk Severus Snape untuk melakukan sumpah tak terlanggar dengan ibu Draco Malfoy, Narcissa. Sumpah ini memastikan agar Snape melindungi Draco dan menyelesaikan tugas yang diberikan Voldemort kepada Draco, jika Draco gagal melakukannya.

Harry, Ron, dan Hermione, ketika sedang berada di Diagon Alley, mengikuti lalu melihat Draco memeasuki toko Borgin and Burkes dan mengambil bagian dalam sebuah ritual bersama kelompok Pelahap Maut. Selanjutnya, ketiga sahabat ini terus mewaspadai tindak-tanduk Draco.

Di Hogwarts, sekolah diamankan secara ketat baik oleh pihak sekolah maupun Kementerian Sihir untuk memastikan agar Pelahap Maut tidak dapat mendekati sekolah tersebut. Dengan kembalinya Slughorn mengajar Ramuan, Snape kini mendapatkan posisi untuk mengajar Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Profesor McGonagall mendorong Harry dan Ron untuk mengambil kelas Ramuan, yang kini diajar Slughorn yang mau menerima siswa dengan nilai  OWL yang lebih rendah. Harry dan Ron, yang tidak membeli buku teks karena tidak menduga bahwa mereka dapat mengambil kelas itu, dipinjami buku teksnya dari kelas Ramuan.

Buku pinjaman Harry sudah dibubuhi tulisan-tulisan petunjuk yang lebih tepat untuk membuat ramuan dan mantra-mantra lain, dan dengan segera membuat Harry menjadi siswa Ramuan nomor satu melebihi siswa lainnya di kelasnya. Harry menemukan di sampulnya bahwa buku itu pernah dimiliki oleh "Pangeran Berdarah-Campuran". Hermione mencari di perpustakaan namun tidak dapat menemukan apa-apa mengenai nama ini. Setelah mengikuti petunjuk tulisan 'Pangeran Berdarah-Campuran', Harry kemudian berhasil memenangkan hadiah cairan keberuntungan, Felix Felicis, dari Profesor Slughorn karena keberhasilannya membuat sebuah ramuan yang sangat sulit.

Ketika akan mengikuti pertandingan Quidditch, Ron merasa gugup. Harry berbuat seolah-olah ia menambahkan cairan keberutungan ke minuman Ron, untuk menaikkan kepercayaan diri Ron. Akibatnya, Ron sukses besar menjadi kiper Quidditch dari tim Gryffindor, dan mendapatkan cinta Lavender Brown. Keduanya berciuman di pesta perayaan kemenangan Gryffindor di Ruang Rekreasi. Hermione yang melihat ini, lari meninggalkan ruangan itu sambil menangis, diikuti oleh Harry. Kepada Harry, Hermione mengakui bahwa ia memiliki perasaan kepada Ron dan mengerti bagaimana perasaan Harry ketika Ginny, yang ditaksirnya, berciuman dengan Dean Thomas.

Pada liburan Natal, Harry menghabiskan liburannya bersama keluarga Weasley, sambil berdiskusi bersama Mr. Weasley, Remus Lupin, dan Tonks mengenai situasi Hogwarts. Tiba-tiba terjadi serangan Pelahap Maut yang hendak menculik Harry. Mereka berhasil menggagalkan upaya Pelahap Maut itu, namun rumah keluarga Weasley, The Burrows, meledak dan terbakar. Kejadian ini menyebabkan Harry menyesali diri karena dialah yang menimbulkan bahaya kepada orang-orang yang disayanginya.

Dumbledore mengungkapkan memori Tom Riddle—nama asli Voldemort—melalui Pensieve kepada Harry, juga memori Slughorn di mana Riddle menanyakan mengenai suatu Sihir Hitam. Sayangnya memori itu telah diubah Slughorn sehingga tidak diketahui sihir hitam apa yang dibicarakan Slughorn dengan Riddle. Dumbledore mengatakan bahwa Slughorn mungkin takut akan konsekuensinya jika pembicaraan ini terungkap. Dumbledore juga percaya bahwa jika Sihir Hitam yang dibicarakan ini terungkap, maka mereka akan memiliki jalan untuk mengalahkan Voldemort. Karenanya, Dumbledore menyuruh Harry untuk berusaha mendekati Slughorn supaya akhirnya ia mau memberikan memori yang asli.

Dengan menggunakan cairan keberuntungan Felix Felicis yang dimenangkannya pada awal tahun masuk sekolah, Harry 'secara beruntung' berhasil mempertemukan Slughorn dengan Hagrid. Keduanya mabuk setelah upacara penguburan laba-laba raksasa Aragog milik Hagrid, dan Harry berhasil membujuk dan meyakinkan Slughorn untuk memberikan memori yang sesungguhnya.

Memori ini mengungkapkan bahwa Riddle menanyakan mengenai Horcrux, sebuah cara dalam Sihir Hitam untuk membagi jiwa ke dalam Horcrux sehingga pembuatnya tidak dapat mati selama Horcruxnya tidak dihancurkan. Dumbledore mengungkapkan bahwa Buku Harian Riddle (yang dihancurkan Harry pada buku kedua) dan sebuah Cincin milik ibu Voldemort adalah dua dari keenam Horcrux yang dibuat Riddle. Mereka harus mencari seluruh Horcrux dan menghancurkan semuanya supaya Voldemort dapat dikalahkan. 

Harry kemudian semakin mencurigai tindak-tanduk Draco, mengikutinya di sekolah, tapi gagal untuk mengetahui apa yang direncanakan oleh Draco. Harry percaya bahwa Draco ada dibalik dua upaya untuk membahayakan hidup Dumbledore: yang pertama melalui kalung mematikan yang dititipkan oleh entah siapa kepada Katie Bell (di bawah Kutukan Imperius) untuk diberikan kepada Dumbledore sebagai hadiah; yang kedua melalui sebuah botol minuman Mead beracun yang hendak dihadiahkan Slughorn, juga terkena kutukan yang sama, kepada Dumbledore. Kejadian yang kedua ini diketahui secara tidak sengaja ketika minuman itu diminum oleh Ron.

Ron kemudian dirawat di rumah sakit, dan ketika sedang tidak sadar, ia mengigaukan nama Hermione di hadapan Lavender, yang langsung patah hati. Setelah insiden ini, Harry memojokkan Draco di sebuah toilet dan bertarung dengannya di sana. Harry menggunakan mantera Sectumsempra, yang pernah dibacanya di buku milik Pangeran Berdarah-Campuran. Mantera itu dengan hebat melukai dan membahayakan jiwa Draco. Snape tiba dengan segera, terbawa oleh Sumpah Tak Terlanggarnya, dan menyembuhkan Draco sementara Harry pergi tergesa-gesa. Ginny meyakinkan Harry untuk menyembunyikan buku itu di Kamar Kebutuhan untuk menghindarkan dirinya dari menggunakan buku itu lagi. Di Kamar itu, mereka menemukan Lemari Penghilang, yang sedang diusahakan perbaikannya oleh Draco, namun baik Harry maupun Ginny sama sekali tidak menyadari mengenainya. Ginny menyembunyikan buku itu dan kemudian berciuman dengan Harry.

Dumbledore mengajak Harry untuk membantunya menemukan salah satu Horcrux lainnya, di sebuah tempat yang baru diketahuinya. Keduanya ber apparate ke sebuah tebing tepi laut, dan masuk ke sebuah gua tempat Horcrux itu disembunyikan. Di tengah-tengah danau di dalam gua itu terdapat sebuah pulau kristal kecil, dan mereka menemukan sebuah ceruk berisi cairan beracun yang di dasarnya terdapat Horcrux itu. Untuk dapat mengambil Horcruxnya, cairan itu harus diminum. Dumbledore menyuruh Harry untuk memaksa dirinya tetap minum cairan beracun itu, karena ia mengetahui bahwa cairan itu dapat mengubah pikiran. Dumbledore menghabiskan cairan beracun itu dengan dibantu-paksa diminumkan oleh Harry. Setelah habis, sementara Dumbledore memulihkan diri dari cairan itu, Harry meraih Horcrux yang berbentuk kalung liontin potret. Saat itu, sangat banyak Inferi (mayat hidup) bergerak dari dasar danau dan menyerang mereka. Dumbledore berhasil kembali ke kesadarannya tepat pada waktunya dan membakar semua Inferi itu, lalu keduanya ber-apparate kembali ke Menara Astronomi di Hogwarts.

Dumbledore, yang masih lemah akibat minum cairan beracun itu, menyuruh Harry untuk memanggilkan Snape. Namun sebelum Harry sempat pergi, terdengar langkah-langkah kaki dan Dumbledore menyuruh Harry untuk bersembunyi di sisi bawah tingkap Menara itu. Suara langkah kaki itu ternyata adalah Draco, yang bersiap untuk membunuh Dumbledore atas perintah Voldemort, tetapi—dari dalam dirinya—ia tidak dapat melakukannya. Sementara itu, Lemari Penghilang telah berhasil diperbaiki sehingga Bellatrix dan para Pelahap Maut lainnya berhasil memasuki Hogwarts melalui Lemari pasangannya di toko Borgin and Burkes, dan menggabungkan diri dengan Draco di Menara berhadapan dengan Dumbledore. Snape secara diam-diam datang melalui tingkap bawah tempat Harry bersembunyi, memberi isyarat agar Harry tetap diam, lalu naik ke atas dan bergabung dengan Pelahap Maut lainnya. Snape lalu melontarkan kutukan Avada Kedavra terhadap Dumbledore yang langsung membunuhnya. Kutukan itu menghantam Dumbledore dan melempar tubuh Dumbledore jatuh ke bawah dari sisi Menara. Snape, Draco, dan Pelahap Maut lainnya meninggalkan sekolah, Bellatrix melontarkan lambang Pelahap Maut ke atas sekolah, lalu menghancurkan Aula Besar, dan membakar pondok Hagrid sambil tertawa riang.

Harry berusaha untuk menghentikan mereka, dan menyerang Snape menggunakan mantera Sectumsempra. Namun Snape menangkis mantera itu dan berhasil menjatuhkan Harry. Sebelum pergi, Snape mengatakan bahwa dialah pencipta mantera Sectumsempra dan bahwa dialah 'Pangeran Berdarah-Campuran' itu. Para staf guru dan murid-murid Hogwarts berkabung atas kematian Dumbledore dan Ginny menghibur Harry atas kejadian itu. Ketika ditanya, Harry sama sekali menolak untuk mengatakan kepada Profesor McGonagall mengenai apa yang dilakukannya bersama Dumbledore.

Belakangan, Harry mengungkapkan kepada Ron dan Hermione bahwa Horcrux yang ditemukannya bersama Dumbledore itu adalah palsu, berisikan sebuah pesan dari "R.A.B." yang menyatakan bahwa R.A.B. ini telah mengambil Horcrux itu dan berharap agar Voldemort tidak lagi dapat hidup abadi. Harry memberi tahu kedua rekannya bahwa ia tidak akan kembali ke sekolah pada tahun yang akan datang, dan sebaliknya akan mencari R.A.B. dan Horcrux-Horcrux lainnya supaya Voldemort pada akhirnya dapat dibinasakan. Ron dan Hermione mengingatkan Harry bahwa mereka adalah sahabat-sahabatnya dan mereka akan turut pergi bersama Harry dalam misinya itu.

Film ini diakhiri dengan ketiga sahabat itu melihat Fawkes, burung Phoenix milik Dumbledore, terbang menjauh dari batas sekolah Hogwarts.

{[['']]}

Harry Potter dan Relikui Kematian (TAMAT)

Harry Potter dan Relikui Kematian dimulai dengan memperlihatkan kekacauan dunia sihir dan dunia muggle sepeninggal Dumbledore. Kementrian Sihir diambil alih Death Eater (alias Pelahap Maut), muggle dan penyihir “berdarah lumpur” ditangkap dan dibunuh, bahkan demi melindungi keluarganya, Hermione sampai harus menghapus dirinya dari ingatan kedua orang tuanya.

Berlanjut ketegangan di 30 menit pertama sudah ada satu tokoh yang tewas, dan satu lagi yang terluka parah. Bahkan pesta pernikahan Bill Weasley dengan Fleur Delacour pun tak berhasil menciptakan suasana suka cita di kediaman keluarga Weasley.

Dari situ, fokus film berpindah pada petualangan Harry, Ron, dan Hermione mencari dan menghancurkan horcrux. Horcrux adalah jimat berisi potongan jiwa Lord Voldemort -total berjumlah tujuh buah - yang jika semuanya berhasil dihancurkan, tamatlah riwayat Sang Pangeran Kegelapan. Tentunya mencari horcrux bukan hal yang mudah, karena tak ada satu pun dari mereka yang tahu apa bentuk horcrux-horcrux tersebut. Dan jika sudah berhasil ditemukan pun, tak ada yang tahu bagaimana cara menghancurkannya.

Situasinya makin rumit karena kali ini tiga sekawan penyihir ini tak mendapat bantuan sama sekali dari pihak luar, bahkan dari keluarga mereka sendiri. Harry dkk terpaksa tinggal di tenda, berpindah-pindah tempat supaya tak mudah terlacak. Maklum saja, wajah Harry sudah tersebar di seluruh penjuru kota dalam selebaran bertuliskan ‘Wanted’.

Masalah juga timbul saat Ron - yang diam-diam jatuh cinta pada Hermione - merasa cemburu dengan kedekatan Harry dan gadis pujaannya. Beban Ron di perjalanan ini memang tak ringan. Bukan saja merasa tersisih dari Harry dan Hermione yang sering menghabiskan waktu bersama, Ron juga tak pernah melepaskan pendengarannya dari siaran radio gerilya. Radio ini tak memutarkan musik, melainkan memberi informasi tentang siapa saja penyihir yang dinyatakan hilang, dan siapa saja yang terbunuh.

{[['']]}

Dan Brown - The Lost Symbols (05)

Tokoh utama dalam novel ini adalah Robert Langdon, tokoh utama dalam Da Vinci Code dan Angels and Demons. Garis besar cerita masih sama seperti novel-novel sebelumnya. Petualangan semalam diburu waktu untuk menyelamatkan seseorang atau sesuatu dari sosok misterius yang tak diduga dan berhubungan dengan organisasi penuh rahasia dan interpretasi simbol. Dan tokoh wanita yang menemani petualangan sang tokoh utama pria.

Dalam The Lost Symbol, organisasi yang dikuak miterinya adalah Freemasonry. Robert Langdon harus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan sahabatnya, Peter Solomon, yang merupakan seorang Freemason. Langdon dipanggil ke Washington oleh seorang pria yang mengaku sebagai aisten pribadi Solomon untuk berbicara di acaranya. Akan tetapi setibanya di sana, ternyata tidak ada acara apapun. Langdon justru menemukan tangan kanan sahabatnya yang terpotong di tengah ruangan dan ditato dengan simbol-simbol.

Langdon dihubungi oleh seseorang yang mengaku sedang menyandera Solomon dan ingin Langdon memecahkan teka-teki tentang ‘Ancient Mysteries’ yang dimiliki organisasi Freemason. Penyandera Solomon tersebut ternyata juga mengejar adik Peter Solomon, Katherine. Maka dimulailah petualangan semalam suntuk Robert Langdon di Washington di bawah tekanan direktur CIA yang menyatakan bahwa penculikan Solomon adalah masalah keamanan nasional dan mendesak Langdon agar segera memenuhi permintaan sang penculik.

Setelah menemukan piramid yang mengandung berbagai teka-teki dan bertemu dengan Katherine yang berhasil meloloskan diri dari kejaran penculik Peter Solomon, pada akhirnya Langdon dan Katherine tertangkap oleh Mal’akh, sang penculik. Mal’akh kemudian membawa Solomon ke gedung pusat Freemason. Tanpa sepengetahuannya, CIA berhasil menyelamatkan Langdon dan Katherine.

 Cerita ini diakhiri dengan kejutan mengenai identitas Mal’akh yang sebenarnya. Sebuah ironi lagi, ternyata ‘Ancient Mysteries’ yang dicari oleh Mal’akh bukanlah seperti yang ia kira.

Novel ini cukup bagus dan menegangkan, menyingkap berbagai misteri mengenai Freemason dan kota Washington. Tetapi kelemahannya plot novel ini dpat dikatakan persis dengan novel-novel Dan Brown lain dengan tokoh utama Robert Langdon dan bahkan dengan Deception Point yang tokoh utamanya bukan Langdon. Semua erupakan petualangan semalam suntuk diburu waktu untuk mengungkap rahasia di balik suatu organisasi dan menyelamatkan seseorang atau sesuatu.

Rekomendasi yang bagus bagi penyuka novel-novel penuh simbol dan kode sejenis Da Vinci Code. Tetapi jangan kecewa bila merasa deja vu saat membacanya, sangat mengingatkan pad novel-novel Dan Brown lain.

{[['']]}

Dan Brown - The Da Vinci Code (04)

Menciptakan sensasi luar biasa sejak terbit dan langsung menempati puncak buku laris di seluruh dunia, The Da Vinci Code telah menggugah, menggetarkan, dan membangkitkan rasa ingin tahu jutaan pembacanya. Kini, semua karya seni, simbol, arsitektur, dan lokasi-lokasi bersejarah yang menjadi pusat cerita novel ini terhampar dengan menawan di sela-sela teks edisi berwarna ini.

The Da Vinci Code berirama cepat, cerdas, dan penuh kejutan, dengan didukung oleh riset dan detail mengagumkan. Mulai dari halaman pembukaan hingga bab terakhir yang tak terduga, "Dan Brown" telah membuktikan dirinya sebagai pencerita yang piawai.

Dengan rahasia-rahasia yang tersembunyi dalam Mona Lisa dan The Last Supper , simbol-simbol Mesir kuno, arsitektur bangunan-bangunan penting seperti Museum Louvre, Biara Westminster, Kapel Rosslyn, dan banyak lagi sebagai pusat ceritanya menjadikan ebook ini menarik untuk dikoleksi. Edisi khusus bergambar ini memberikan kepuasan yang lengkap bagi setiap pembaca novel fenomenal Dan Brown ini.

{[['']]}

Dan Brown - Angel & Demons (03)

Cerita dimulai saat Robert Langdon, simbologis senior dari Universitas Harvard, mendapat panggilan untuk mendeteksi ambigram yang bertuliskan nama kelompok persaudaraan Illuminati. Yang membuat ngeri, Robert Langdon tidak menghadapi pembunuh biasa, melainkan sebuah kelompok persaudaraan pembenci Vatikan : Illuminati. Illuminati adalah kelompok ilmuwan dalam sebuah perkumpulan persaudaraan kuno, yang dalam keberadaannya selalu bentrok dengan gereja. Karena penemuan-penemuan ilmuwan yang seringkali dianggap menghilangkan keberadaan Tuhan. Ilmuwan yang selalu mencari tahu jawaban dari setiap pertanyaan di dunia ini. Ilmuwan selalu mengungkap misteri ketuhanan, termasuk misteri penciptaan dunia. Satu yang tersisa, misteri penciptaan manusia. Ilmuwan mempercayai bahwa semua yang ada tercipta atas keberadaan materi, dan bukan tercipta dari ketiadaan.

Leonardo Vetra, seorang profesor dari sebuah lembaga riset di Swiss (CERN) adalah ilmuwan sekaligus seorang religi, tengah mengadakan riset untuk mengetengahi perseteruan ini. Vetra diketemukan tewas di ruang kerjanya. Dengan di dadanya tercap sebuah symbol illuminati. Kelompok illuminati, yang telah dianggap lenyap dari muka bumi sejak lebih dari 400 tahun bangkit kembali. Penemuan sebuah antimateri yang diungkap secara jelas adalah penemuan baru yang mengegerkan dunia. Yang bisa menyelamatkan dunia atau menghancurkannya. Lima gram antimateri cukup untuk meledakkan semua yang ada pada radius 0.5 mil.

Antimateri itu dicuri dari laboratorium Vetra. Kemudian diketahui bahwa antimateri itu berada di Vatikan, di negara seluas 44ha. Celakanya, dalam waktu 24 jam antimateri itu akan meledakkan Vatikan, dan Langdon tidak tahu di mana tepatnya antimateri itu akan diledakkan.. Celakanya lagi, di Vatikan sedang diadakan acara untuk memilih Paus yang baru.

Robert Langdon pun terbang ke Vatikan dengan ditemani Vittoria. Berdua, mereka memulai perburuan yang menyeramkan ke ruang-ruang bawah tanah yang terkunci rapat, kuburan-kuburan berbahaya, katedral-katedral yang lengang, dan tempat yang paling misterius di dunia, yaitu markas Illuminati yang lama terlupakan. Sang pembunuh mengatakan bahwa akan ada 4 kardinal lain yang terbunuh malam ini di empat tempat  yang berbeda.

Robert Langdon pun Perburuan dimulai dengan mencari manuskrip peninggalan Galileo di ruangan arsip Vatikan. Dari sana didapatkan petunjuk bahwa empat tempat itu adalah gereja Illuminati. Langdon berlomba dengan waktu untuk menemukan sang pembunuh di gereja-gereja tersebut, dengan harapan dapat mencegah pembunuhan dan mengetahui di mana antimateri itu disimpan. Tapi sayang, Langdon selalu terlambat ketika hendak mencegah pembunuhan.

Hingga pada akhirnya, seorang camerlengo (asisten Paus), mendapat wahyu dari Tuhan bahwa antimateri itu diletakkan di makam Santo Petrus. Antimateri pun diledakkan di tempat yang aman.

Tapi ternyata semua kekacauan ini adalah perbuatan sang camerlengo sendiri. Ia ingin mencari sensasi agar dapat terpilih jadi Paus. Rencana itu digagalkan Langdon. Ia mendapat rekaman dari Kohler, bukti bahwa camerlengo itu telah berbohong. Merasa malu, camerlengo itu pun bunuh diri.

{[['']]}

Dan Brown - Deception Point (02)

Tak satu pun seperti yang terlihat—di belakang setiap sudut terdapat kejutan yang mencengangkan sebuah penemuan ilmiah yang mengejutkan.Sebuah muslihat yang amat cerdik. Sebuah thriller politik yang berbeda dengan semua yang pernah Anda baca.

Dalam novel menegangkan terbarunya ini, Dan Brown membawa pembaca mulai dari National Reconnaissance Office yang amat rahasia menuju ketinggian dataran es di Lingkar Kutub Utara, lalu kembali lagi ke lorong kekuasaan di Gedung Putih. Dipuja untuk keahliannya dalam mengombinasikan ilmu pengetahuan, sejarah, dan politik dalam Malaikat & Iblis yang mendapat pujian serius, Brown telah mengukir sebuah novel lain di mana di dalamnya tak satu pun seperti yang terlihat dan di belakang setiap sudut terdapat sebuah kejutan yang mencengangkan.

Deception Point adalah sebuah fiksi pendebar-jantung yang terbaik. Ketika satelit NASA yang baru menemukan bukti dari sebuah objek amat langka yang terkubur jauh di dalam lapisan es Arktika, lembaga ruang angkasa yang sedang mengalami kesulitan itu mengumumkan sebuah kemenangan yang amat dibutuhkan ... kemenangan yang berimplikasi besar bagi kebijakan ruang angkasa Amerika Serikat dan pemilihan presiden yang akan datang.

Untuk memverifikasi kebenaran penemuan tersebut, Presiden mengirim analis Intelijen Gedung Putih Rachel Sexton ke Milne Ice Shelf. Ditemani oleh sekelompok pakar, termasuk akademisi Michael Tolland yang karismatik, Rachel membongkar bukti penipuan ilmiah yang tak terbayangkan—sebuah muslihat berani yang mengancam mendorong dunia ke dalam pertentangan. 

Tetapi, sebelum Rachel dapat menghubungi Presiden, dia dan Michael diserang oleh sekelompok pembunuh mematikan yang dikendalikan oleh seorang tokoh penguasa misterius yang akan melakukan apa saja demi menyembunyikan kebenaran. Keduanya berupaya menyelamatkan diri menyeberangi lingkungan yang begitu terpencil dan berbahaya itu. 

Satu-satunya harapan bagi keberlangsungan hidup mereka adalah menemukan tokoh di belakang taktik teramat ahli ini. Kebenarannya, seperti yang mereka temukan kemudian, adalah muslihat paling menggemparkan dari apa pun juga.

{[['']]}
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Perpustakaan Digital PUSDA Sumedang - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website | Published by Mas Template | Modified by PUPUN Wirasaputra
Proudly powered by Blogger